Wednesday, 4 May 2011

Buat Yang Mau Resign Tapi Masih Ragu

Alkisah ada seorang engineer kenthir bernama Prayitno, ST yang bekerja di
pabrik manufaktur elektronik Jepang, ini orang baru aja lolos tes perusahaan
BUMN yang mengelola gas alam (jelas gede duitnya) dan mau resign, berikut
ini perdebatannya dengan manajernya kita singkat saja ya, Manajer = M, dan
Prayitno = P, sebagai berikut:

M : Edan kowe yo Prayitno, lagi S-2 sudah mau resign, dimana morality
kamu?

P : Morality saya ikut berlari bersama morality perusahaan, yang
nyuruh karyawannya lembur2 melebihi aturan pemerintah sampe sakit tapi
tunjangan kesehatan nggak full

M : Sebenernya mau kamu apa? Dimana2 kerja itu sama. Saya sudah
menjalani 2 company sebelum ini

P : Karena kerja dimana2 itu sama, makanya saya nggak ragu resign
Pak, wong sama saja kok, cuma reward-nya yang beda tho.... ya saya pilih
yang reward-nya lebih


M : Kenapa kamu nggak mencoba profesional disini saja, kalau alasannya
reward, kan nanti karir serta salary kamu juga bakal naik kalau kamu
bertahan

P : Kenapa saya harus nunggu, Kalau ada company yang nawarin itu
sekarang?

M : Tapi sayang sekali, saya pandang kamu yg paling berpotensi
diantara yang lain

P : Bapak sudah ngomong gitu ke semua engineer yang resign sebelum
saya

M : Tidak, ini serius, kamu memiliki potensi besar, disini kamu bisa
sukses! Daripada kamu memulai lagi dari bawah di company lain yang belum
ketahuan ntar disana kamu bakal sukses ato nggak

P : Disini juga sama saja saya belum tahu bakal sukses apa nggak,
wong namanya masa depan kok. Sama2 nggak ketahuan, tapi yang satu awalannya
lebih baik, ya pilih yang lebih baik donk......

M : Maksud kamu lebih baik itu apa? Money? Uang itu bukan segala2nya

P : Kalau memang begitu ngapain company costdown gaji saya, apa
artinya uang segitu untuk mempertahankan eksistensi engineer

M : Kita kan tidak hanya mengejar uang. Kalau orientasi kamu hanya
uang, kamu hanya mengejar "live". No difference with kambing. Bekerja hanya
untuk bertahan hidup. Kamu itu engineer!!!! Harus berorientasi pada yang
lebih mulia, bekerja untuk berkarya, untuk mengembangkan diri

P : Saya pengennya seperti itu, makanya saya resign. Gimana saya mau
lepas dari orientasi "live" kalau tiap bulan saya harus pusing mikir bayaran
kost, pulsa, makan, ngirim ortu, nabung buat merit. Naaaa sekarang ada
company yang nawarin itu, salary yang membuat saya tenang, tak berpikir lagi
tentang "live existency". So, boleh donk saya ambil untuk menaikkan derajat
pekerjaan saya

M : Prayitno.... kalau kamu ngejar yang lebih baik, nggak akan
habis2.... selalu ada yang lebih baik. Saya sudah mengalaminya di 2 company
terdahulu

P : Memang nggak bakal habis pak.... karena itu, ngapain saya habisin
disini? Mending saya terus2an dapat yang lebih baik sampe berhenti karena
capek. Lagian Bapak juga nyatanya bisa berhenti kan?

M : Nyatanya itu si pak Bambang bisa sukses disini sampe level
Director, itu karena dia sabar disini

P : Pantesan pak Bambang tampangnya kaya gitu. Dah nyingkirin berapa
orang dia pak buat ke posisi itu? Iya jabatan-nya sech Director, tapi
mobilnya sama dengan manajer di company baru saya. Mendingan saya jadi GM
disana donk daripada jadi director disini

M : Inilah yang membuat bangsa kita nggak maju2. Oportunis. Orang
Jepang maju karena loyal

P : Loyalitas itu kata2 pembenaran buat ngegaji orang dibawah level
pendidikannya pak. Betul jepang itu maju. Tapi lihatlah, terjadi ketimpangan
karir antara lelaki dan wanita. karena lelakinya gila kerja semua. Mereka
jarang menemui anaknya. Akibatnya istri2 mereka harus mengimbanginya, Ngalah
keluar dari kerja buat nambal waktu bapak yang hilang untuk anak2nya karena
bokapnya lebih cinta kerja daripada mereka. Tanya dech sama cewek jepang,
lelaki jepang itu paling nggak romantis. Cewek bawa tas berat saja dicuekin

M : Tapi dimana responsibility kamu?

P : Responsibility itu apa pak? Perasaan dulu saya pernah punya. Pas
awal2 masuk disini, tapi kata2 itulah yang dijadikan pembenaran untuk
menindas saya. Atas nama responsibility, saya mengorbankan kesehatan untuk
ketepatan schedule launching produk yang jelas2 merupakan percepatan uang
masuk ke kantong pemilik saham. Betul, manusia harus punya responsibility.
Apa responsibility paling utama? Keluarga !!. Anak dan istri adalah amanah
dari Yang Diatas.

M : Kamu kurang bersyukur, masih banyak orang yang susah dapet kerjaan

P : Saya sudah diterima Pak. Itu rejeki dari Yang Diatas, Kalau nggak
saya ambil, itu yang namanya nggak bersyukur. Yang Diatas itu tahu betul
kebutuhan kita. Makanya Dia memberi saya kerjaan baru. Mungkin karena
kebutuhan saya meningkat. Selain itu, Yang Diatas juga memberi pekerjaan
pada satu orang pengangguran yang akan menggantikan posisi saya disini
setelah resign

M : EDAN KOWE PRAYITNOOOOO! !!!! Nek ngono aku yo melu resign......

P : Raiso pak.... kowe wis tuwo. Cuma bisa ngelamar ke yang sesuai
background. Cuma terbatas di sesama manufaktur elekronik hehehee.. Ngelu,
ngelu sampeyan pak......... .

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger... Welcome-Thank's to Visit