Jumlah anjungan lepas pantai yang bertebaran di lautan permukaan bumi
ini sudah sangat banyak. Untuk sekarang, Amerika Serikat dan beberapa
negara Eropa Utara masih bisa dibilang paling maju dalam bidang ini.
Kemajuan teknologi mereka ditunjang oleh tersedianya cadangan minyak di
perairan negara-negara tersebut. Maka tidak mengherankan bila perairan
Teluk Meksiko (Gulf of Mexico) dan perairan Laut Utara (North Sea)
saat ini menjadi tempat bertenggernya berbagai jenis anjungan lepas
pantai, mulai dari yang konvensional hingga yang mutakhir. Selanjutnya
disusul oleh perairan Afrika dan Timur Tengah serta Asia Pasifik,
termasuk perairan Indonesia, juga Malaysia. Perairan lainnya adalah
Amerika Selatan, Atlantik Utara dan daerah Asia Tengah. Masing-masing
membentuk gugusan-gugusan anjungan lepas pantai yang kian berkembang
seiring waktu.
Secara teknis, istilah perairan-dalam (deepwater) maksudnya adalah pada perairan (laut) dengan kedalaman lebih dari 300 m (984 ft), sedang perairan sangat-dalam (ultra-deepwater)
adalah untuk perairan berkedalaman lebih dari 1.000 m (3.280 ft).
Dengan kondisi lingkungan laut-dalam yang makin berat tantangannya,
serta kendala ekonomis yang fluktuatif, lahirlah beragam jenis anjungan
sebagai solusi dalam pengembangan ladang minyak dan gas perairan-dalam.
Gambar 1 memperlihatkan berbagai jenis sistem anjungan lepas pantai yang
sesuai untuk kedua perairan tersebut. Mulai dari jenis terpancang (fixed platform)
berikut modifikasinya, hingga jenis bangunan apung (FPSO) untuk
perairan yang lebih dalam. Dalam tulisan ini akan dipaparkan secara
singkat beberapa jenis diantaranya yaitu anjungan Mini-TLP, TLP, Spar
dan FPSO.
Gambar 1. Berbagai jenis anjungan lepas pantai untuk Laut-dalam
Mini-Tension Leg Platform (Mini-TLP)
Secara konseptual jenis anjungan ini tidak berbeda jauh dengan jenis
TLP konvensional yaitu sebuah anjungan terapung yang ditambat ke dasar
laut dengan sistem tambat bertegangan. Kata “mini” yang dipakai
berkonotasi terhadap dua hal, pertama merujuk pada dimensinya yang pada
umumnya memang relative lebih kecil dibanding ukuran TLP konvensional.
Kedua, mengacu pada sifatnya yang relative low cost developed
karena digunakan untuk produksi di laut-dalam dengan cadangan
hidrokarbon cukup kecil, yang mana akan tidak ekonomis jika digunakan
sistem produksi yang lebih konvensional lainnya. Fungsinya yang lain
adalah bisa sebagai anjungan utilitas, satelit atau anjungan produksi
awal pada sebuah ladang hidrokarbon laut-dalam yang lebih besar.
Mini-TLP pertama di dunia dipasang di Teluk Meksiko pada tahun 1998.
Anjungan ini bernama SeaStars yang dibangun oleh Atlantia Offshore
bersama dengan ABB, McDermott, Modec, dll. Kreasi artistik ini merupakan
state-of-the-art dari sebuah
mini-TLP dimana digunakan sebuah struktur kolom tunggal sehingga sangat
berbeda dengan bentuk biasanya yang memiliki multicolumn
(biasanya terdiri dari empat kolom). Anjungan ini dioperasikan di area
Green Canyon blok 237, Teluk Meksiko pada kedalaman 639,3 m (2.097 ft).
Gambar 2. Variasi bentuk anjungan Mini-TLP
Tension Leg Platform (TLP)
Biasanya disebut juga TLP konvensional, untuk membedakan dengan jenis
Mini-TLP. Jenis struktur ini berupa sebuah anjungan apung yang
diposisikan dan distabilkan melalui sistem tambat vertikal (
tendon)
bertegangan tarik (minimal tiga tali-tambat yang terpisah) yang
dipancang di dasar laut. Tegangan tarik pada tendon dihasilkan oleh
adanya daya apung dari bagian lambung anjungan yang tercelup dalam air.
Sifat dari anjungan ini, pada saat terkena beban-beban seperti
gelombang, angin atau arus, anjungan akan bergerak menyamping dengan
tetap pada kondisi horisontal karena aksi paralel dari tendonnya. Gerak
vertikalnya (
heave) dirancang secara ketat agar sangat terbatas geraknya, sehingga fasilitasnya cocok dipakai untuk
surface completion dari sumur-sumur. Salah satu TLP yang sudah dioperasikan akhir tahun 2001 adalah TLP Brutus (Gambar 3). Bentuk strukturnya berkolom empat dengan
tendon penambat berjumlah 12 line untuk tiap kolomnya. Tiap kolom berdiameter 66,5 feet dengan tinggi 166 feet dan tiap pipa
tendon berdiameter
32 inci dengan ketebalan 1,25 inci. Dipasang dan dioperasikan di area
Green Canyon Blok 158 perairan Teluk Meksiko pada kedalaman 910 m (2.985
ft).
Gambar 3. Skema dan proses transportasi TLP Brutus
Spar Platform
Adalah jenis anjungan lepas pantai yang berupa suatu unit produksi
terapung berbentuk silinder vertikal (kolom tunggal) dengan ciri sarat
air (draft) cukup dalam yang
memungkinkan menyimpan sejumlah kecil minyak mentah di dalam kolomnya.
Silinder vertikal tersebut utamanya berfungsi sebagai penopang geladak (deck). Kondisi bagian atas deck (topside)
sama seperti pada anjungan terpancang pada umumnya yaitu terdapat
perlengkapan pengeboran dan fasilitas produksi. Memiliki tiga jenis
riser yaitu riser untuk produksi, pengeboran dan untuk eksport produk.
Lambung vertical tunggalnya ditambat di dasar laut dengan taut caternary
system yang memiliki enam hingga dua puluh tali tambat. Terdapat dua
jenis spar yaitu classic spar dan truss tpar (lihat Gambar 1). Jenis yang kedua ini merupakan modifikasi dari classic spar.
Saat ini spar dipergunakan
di kedalaman mencapai 915 m (3.000 ft), namun dengan kondisi teknologi
yang ada saat ini memungkinkan untuk dioperasikan hingga kedalaman 2.287
m (7.500 ft). Walaupun tidak dirancang untuk terlalu menahan gerak
naik-turun (heave), tapi anjungan ini dapat mengakomodasi surface completed wellheads. Sebagai contoh terdekat adalah sebuah truss spar
yang akan dipasang dan dioperasikan pada pertengahan tahun 2007 di
ladang Kikeh dengan kedalaman 1.330 m lepas pantai Sabah, Malaysia
(Gambar 4). Anjungan ini merupakan spar floating production platform
yang akan dioperasikan oleh Murphy Oil Corporation bekerjasama dengan
Petronas Malaysia. Anjungan ini nantinya akan menjadi Spar pertama di
dunia yang dioperasikan di luar Teluk Meksiko.
Floating Production, Storage and Offloading system (FPSO)
FPSO adalah sebuah fasilitas terapung yang dipasang di sekitar suatu
ladang minyak dan gas bumi lepas pantai yang fungsinya untuk menerima,
memproses, menyimpan dan menyalurkan/mengirim hidrokarbon. Bangunan FPSO
ini terdiri dari sebuah struktur pengapung berbentuk sebuah kapal
(bangunan baru atau dari modifikasi kapal tanker yang dialihfungsikan)
yang secara permanen di tambatkan ditempatnya beroperasi. Ruang muat
dari bangunan kapalnya ini digunakan sebagai penyimpan minyak yang
diproduksi. Di atas bangunan apungnya ini dilengkapi dengan
fasilitas-fasilitas pemroses (topside facilities) hidrokarbon dan akomodasi. Konfigurasi sistem tambatnya bisa berupa jenis tambat menyebar (spread mooring type) atau sistem tambat titik tunggal (single point mooring system). Tapi pada umumnya berbentuk sebuah turret.
Gambar 4. Anjungan Truss SPAR untuk ladang Kikeh-Malaysia
Campuran fluida yang dihasilkan, yang bertekanan tinggi dikirim ke
fasilitas pemrosesan yang berada di atas geladak kapalnya. Sedang
minyak, gas dan air dipisahkan. Air dibuang ke luar kapal setelah
diproses untuk menghilangkan hidrokarbonnya. Hasil minyak mentah yang
sudah distabilkan disimpan dalam tangki-tangki muatnya dan secara
berkala dipindahkan ke kapal tanker yang datang berkala (shuttle tanker)
melalui sebuah buoy atau dengan cara merapatkan kapal tanker ke dekat
FPSO secara langsung. Gas hasil produksi bisa digunakan kembali untuk
meningkatkan produksi dengan teknik gas lift atau
menghasilkan energi bagi keperluan di dalam FPSO itu sendiri. Sementara
gas yang masih tersisa dibakar atau dimanfaatkan lagi dengan cara
dikompres dan disalurkan ke daratan melalui sistem pipeline atau
diinjeksikan lagi ke dalam reservoir.
Gambar 5. FPSO II yang beroperasi di ladang South Marlim, Brasil
Sebagai contohnya adalah FPSO yang dioperasikan oleh Petrobras di
ladang minyak South Marlim yang berlokasi 110 km (68 miles) dari pantai
utara Rio de Janeiro, Brasil (Gambar 5). Kedalaman perairannya
bervariasi dari 720 m dibagian utara hingga 2,600 m di area bagian
selatan. Hampir 80 % areanya berada di kedalaman lebih dari 1.200 m,
dimana FPSO ditambat di bagian selatan pada kedalaman 1.420 m (4,659
ft). Struktur FPSO-nya berasal dari sebuah kapal tanker niaga
“Mariblanca” berbobot 127.000 dwt yang dimodifikasi di galangan kapal
Sembawang, Singapore pada bulan November 1996. Minyak dan gas dari
sumur-sumurnya masuk ke FPSO, diproses dan hasil minyaknya ditransfer ke
sebuah shuttle tanker.
Di Indonesia, jenis anjungan-anjungan seperti di atas belum banyak
dipakai. Pengalaman yang sangat fenomenal bagi perkembangan teknologi
Laut-dalam di Indonesia adalah dengan dibangun dan dioperasikannya
Mini-TLP A berikut FPU-nya (Floating Production Unit) di ladang West
Seno, Selat Makasar pada kedalaman 1.021 m (3.349 ft). Konfigurasi
struktur utamanya terdiri dari empat kolom berpenampang bujur sangkar
dengan penambat masing-masing dua line tendon pada tiap kolomnya. Di
ladang yang sama, tidak lama lagi TLP-B segera menyusul. Sementara itu
jenis FPSO sudah dioperasikan di ladang minyak dan gas Belanak, perairan
Natuna Selatan. Hanya saja ini untuk perairan dangkal dengan kedalaman
89,94 m (295 ft). FPSO Belanak merupakan bangunan baru dengan panjang
285 m (935 ft) yang dibangun di Batam oleh P.T. McDermott Indonesia dan
dirancang untuk memproses 500 juta kubik feet gas tiap hari guna
keperluan eksport. Selain itu juga memproduksi minyak dan kondensat
hingga 100.000 barel dan 24.140 barel LPG per hari. Tentu saja itu semua
menorehkan sebuah harapan besar untuk makin berkembangnya industri
Laut-dalam Indonesia, dengan pemain dan segenap sumber daya dalam negeri
yang makin termanfaatkan.